Sebuah riset menunjukkan bahwa banyak perusahaan penyewa colocation berencana untuk meningkatkan kapasitas sewa ruangan server data center daripada menurunkan kapasitas dan sebagian besar senang dengan hasilnya. Lebih dari 200 responden yang di survei menyatakan bahwa, 28% berniat untuk meningkatkan kapasitas di data center outsourcing, dibandingkan dengan 7% yang mencari untuk skala kembali (65% mengatakan mereka akan mempertahankan tingkat saat ini).

Tingkat Kepuasan Perusahaan Penyewa Colocation Data Center

Selain itu, pengalaman outsourcing data center semakin positif di kalangan perusahaan penyewa colocation server. Delapan puluh persen dari responden mengatakan telah sesuai harapan, sementara 12% mengatakan penyedia data center melebihi harapan. 8% yang menyatakan ketidakpuasan, lebih banyak pada perusahaan yang memang sedang berniat untuk memotong anggaran jasa outsourcing.

Temuan ini disuarakan juga oleh para pengamat lainnya. Gartner Inc telah melihat peningkatan tajam pada keberminatan terhadap data center outsourcing, khususnya di kalangan perusahaan yang memiliki pendapatan USD 500 juta hingga USD 1 miliar per tahun. Dan analis Forrester Research Inc, menerbitkan sebuah laporan yang mencatat sebuah kemajuan tentang alternatif untuk ekspansi data center.

Siapakah penyewa colocation terbesar ?

Perusahaan menengah dengan tingkat pendapatan per tahun USD 350 juta hingga $ 1 miliar lebih tertarik menggunakan jasa colocation di data center pihak ke tiga. Hampir 40% dari perusahaan menengah merupakan penyewa colocation untuk sebagian operasi IT mereka. Sisanya 31% dari perusahaan besar dan 34% dari organisasi kecil. Namun, pasar menengah menggunakan 36% outsource data center setidaknya setengah dari operasi pusat data mereka.

Penyewa colocation center paling agresif adalah organisasi kecil. Lebih dari setengah perusahaan kecil mengandalkan pihak ketiga untuk setidaknya 50% dari operasional IT mereka. Perusahaan besar hampir sama bersemangat (45%) untuk menggunakan jasa pihak ketiga melakukan setengah dari pengelolaan operasional teknologi informasi mereka. Ini mencerminkan kebutuhan di kedua segmen dalam skala kapasitas data center sangat cepat.

Sementara perusahaan kecil beralih ke penyedia pihak ketiga untuk layanan yang mereka belum mampu untuk membangun sendiri, perusahaan besar biasanya berharap untuk mengambil keuntungan dari segi ekonomi dalam menggunakan penyedia data center dan managed IT service untuk untuk mengurangi biaya layanan data, menurut survei tersebut.

Perusahaan menengah cukup mampu untuk menyediakan data center sendiri tetapi mulai terlihat lebih condong untuk apa yang dapat memotong biaya layanan data mereka. Sebagai contoh, Data Center Elitery di Indonesia yang mendapatkan perpanjangan kontrak sekaligus peningkatan kapasitas oleh salah satu penyewanya yakni Fujitsu Indonesia. Dalam hal ini, Fujitsu Indonesia mempercayai sebagian operasional infrastruktur layanan cloud di Elitery Data Center.

Dampak Data Center Outsourcing pada Belanja TI

Meskipun dengan menggunakan outsourcing data center dapat menurunkan anggaran belanja TI, data survei menunjukan 50% pengguna menempatkan anggaran belanja TI lebih besar 1.4% dibanding perusahaan yang tidak outsourcing data center.

Namun laporan tersebut memperingatkan untuk tidak terlalu banyak berpatokan pada temuan tersebut. Pertama, belanja TI bervariasi di tiap industri dan perusahaan. Perusahaan jasa keuangan, misalnya, menghabiskan lebih banyak belanja IT dibanding perusahaan di sektor lain. Perusahaan jasa keuangan juga menunjukkan peningkatan yang tinggi dalam penggunaan data center outsourcing, terutama untuk disaster recovery dan layanan pengelolaan IT. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan operasi TI paling intens cenderung melakukan outsourcing.

Terutama untuk perusahaan startup fintech, walaupun mereka kebanyakan menggunakan layanan cloud di awal debut, ketika telah mapan mereka banyak menggunakan on-premise data center. Disamping itu, peraturan dari Kominfo, Bank indonesia, dan OJK juga mewajibkan perusahaan fintech untuk memiliki sarana disaster recovery center.

Sarana disaster recovery center sebetulnya sama dengan membangun data center sendiri yang membutuhkan modal mulai dari puluhan milyar. Dengan adanya outsourcing data center, para perusahaan fintech tidak perlu membangun disaster recovery center sendiri. Dalam hal ini, perusahaan pengguna colocation sangat di untungkan dari segi belanja modal.

Selain itu, pengguna data center outsourcing juga memiliki lingkungan komputasi yang paling kompleks dan heterogen. Outsourcing dapat menjadi strategi mereka untuk mendapatkan biaya data center sesuai dengan norma-norma industri. Akhirnya, outsourcing daya center dengan biaya lebih rendah daripada mengelola itu sendiri mungkin membebaskan anggaran TI dalam jumlah dolar yang besar.

Sehingga (70%)perusahaan yang menggunakan outsourcing data center lebih mampu menjaga kemampuan untuk proyek-proyek yang lebih strategis. Dalam hal ini, persentase pendapatan perusahaan dihabiskan untuk IT tidak akan berubah, tapi Outsourcing pasti akan berdampak pada belanja TI.

Kesimpulan:

Memang, survei tersebut menyimpulkan bahwa ada banyak tren strategis dan perkembangan teknologi yang mendorong peningkatan penggunaan data center outsourcing. Prediktabilitas dan fleksibilitas biaya operasional IT banyak memotivasi perusahaan yang membutuhkan kapasitas ekstra dalam jangka pendek. Perusahaan startup fintech di Indonesia juga telah banyak yang menggunakan colocation DR, khususnya untuk mereka yang sudah mengarah pada kemapanan.

Apalagi dengan adanya program OK OCE di Jakarta yang akan semakin banyak praktik transformasi digital. Program OK OCE akan mendorong kebutuhan data center di Indonesia seiring dengan berjalannya waktu.

Pin It on Pinterest

Share This