DevOps merupakan metode kerja yang sangat diperlukan untuk mendukung transformasi digital. Proses transformasi digital membutuhkan lingkungan sistem yang dapat mendukung pengujian langsung pada sistem yang tengah berjalan. Perusahaan startup Fintech mulai banyak bermunculan dengan menghadirkan digitalisasi layanan perbankan.

Perusahaan Startup Sudah Lebih Dulu Melakukan Digitalisasi Layanan Perbankan dengan Metode DevOps

Para perusahaan startup sudah banyak yang sudah menggunakan metode DevOps. Dahulu, sebelum DevOps, pengembangan memakai konsep Waterfall dan kemudian konsep Agile. Devops merupakan pengembangan lanjutan dari konsep yang terus ber evolusi seiring perkembangan teknologi informasi dan IoT.

Perusahaan startup sudah lebih dulu melakukan digitalisasi layanan perbankan dengan metode DevOps. Persaingan akan berkisar pada kualitas aplikasi fintech.

Dengan konsep DevOps, perusahaan dapat lebih sering dan lebih cepat dalam memproduksi rilis-rilis baru pada aplikasi layanan fintech. Kualitas aplikasi tersebut juga sudah teruji pada sistem yang berjalan untuk operasional sehari-hari. Feedback dari pengguna dan nasabah juga dapat lebih cepat diterima untuk di tindak-lanjuti, dan ini dapat menambah kualitas performa aplikasi fintech anda dari waktu-ke-waktu.

Persaingan di era transformasi digital ini akan berkisar pada kualitas aplikasi mobile untuk layanan transaksi keuangan digital. Digitalisasi layanan perbankan akan membawa perubahan dalam banyak cara, yang jelas akan semakin mudah, cepat, aman dan efisien. Jika perusahaan startup melakukan hal semacam ini, tentunya lama kelamaan dapat mengguncang perusahaan skala besar.

Demikian untuk efisiensi dan optimalisasi di internral perbankan, seperti penggunaan IoT Tracker untuk melacak semua asset penting perusahaan.

Sebagai contoh, jika perusahaan A telah melakukan transformasi digital pada jalur yang benar dengan menggunakan DevOps, dan perusahaan B melakukan transformasi digital tanpa menggunakan DevOps, tentunya perusahaan A akan lebih cepat dalam mengeluarkan fitur-fitur terbaru. Fitur tersebut dapat berasal baik dari feedback pengguna dan pelanggan, maupun dari analisa bisnis manajemen di perusahaan tersebut.

Perusahaan B, tanpa menerapkan DevOps, tentunya akan lebih sering menemui downtime pada sistem. Sebab, tanpa pengujian di lingkungan operasional yang sedang berjalan (live-testing), maka jika terdapat kesalahan kode dapat menyebabkan gangguan hingga kelumpuhan sistem. Dalam hal ini, perusahaan B akan membutuhkan biaya disaster recovery yang lebih tinggi ketimbang perusahaan A. Biasanya, untuk tipe perusahaan B, hampir seluruh infrastruktur harus mereka cadangkan untuk menghadapi downtime.

Dalam melakukan proses digitalisasi layanan perbankan, akan sering kita temui pola hybrid. Seperti, untuk aplikasi akan host di layanan cloud publik dan untuk data akan di host di data center lokal milik perusahaan. Sedangkan untuk pencadangan sistem, bisa menggunakan cloud DRC atau on-premise DRC.

Downtime Tetap Akan Menjadi Tantangan Dalam Digitalisasi Layanan Perbankan

Dalam hal pencadangan sistem, banyak kesalahan-pahaman besar yang masih terjadi. Dengan menganggap bahwa perusahaan mampu untuk membuat situs pencadangan infrastruktur IT, ini tetap tidak menghilangkan kenyataan bahwa : Tidak ada yang kebal terhadap downtime. Ini artinya, sebuah Data Center untuk pencadangan infrastruktur IT perusahaan harus memiliki standar tertentu, yakni dengan jaminan ketersediaan akses selama 24 jam penuh, dan harus terus menerus beroperasi dari hari ke hari.

Data center yang dimaksud diatas adalah sebuah data center dengan tingkatan TIER III. Sertifikasi data center Tier III yang di akui di seluruh dunia hanya dari UPTIME INSTITUTE. Anda dapat memperkecil periode downtime, dari hitungan hari ke jam, dari hitungan jam ke menit.

Jika 1 jam downtime dapat mengakibatkan kerugian puluhan milyar rupiah, maka tentunya dengan menggunakan sarana disaster recovery pada data center bersertifikat TIER III dapat memperkecil kerugian anda. Ingat, pada kenyataannya tidak ada yang benar-benar kebal terhadap downtime. Pilihannya hanya : menunggu terjadi downtime, atau mempersiapkan (mitigasi) downtime dengan sarana DRC Tier III dari pihak ke tiga.

Kenapa DRC harus terpisah dari data center utama ?

Jika terjadi bencana, seperti serangan DDoS pada seluruh sistem jaringan perusahaan anda, maka pengalihan ke DRC di jaringan yang sama tidak akan berguna. Contoh lainnya, jika sebuah ransomware berhasil menyusup ke sistem anda, otomatis DRC anda juga terkena serangan. Setelah mengalihkan serta memulihkan kembali sistem anda, ransomware masih tetap ada pada beberapa file atau data anda.

Sebuah layanan disaster recovery center akan selalu update terhadap isu dan teknologi terbaru. Seperti pada cloud DRC, agen yang terpasang dapat mendeteksi perilaku dan dapat menghentikan proses replikasi jika mengenali adanya serangan malware. Ini merupakan hal serius dan merupakan fokus penting di berbagai negara. Digitalisasi layanan perbankan membutuhkan teknologi yang mendukung selain metoda kerja DevOps.

Metode kerja DevOps dapat meningkatkan keamanan infrastruktur IT anda. Seluruh komponen infrastruktur anda harus dapat di orekstrasi, karena akan banyak proses integrasi yang dilakukan. Contoh, aplikasi fintech membutuhkan untuk dapat saling terhubung dengan aplikasi dan sistem lain. Semakin banyak keterhubungan suatu aplikasi fintech dengan aplikasi dan sistem pembayaran antar bank, maka aplikasi tersebut semakin fleksibel dan akan lebih banyak di gunakan orang.

Tujuan transformasi digital pada layanan perbankan tetap pada jalur customer-centric. Dengan kemudahan, kecepatan, kenyamanan dan keamanan, perusahaan dapat meningkatkan layanan digital. Oleh karena itu, kedepannya akan semakin banyak digitalisasi layanan perbankan yang dilakukan di sektor jasa keuangan di Indonesia. Dan tentunya, dengan menggunakan metode DevOps.

Peluang dari digitalisasi perbankan ini cukup luas, baik untuk pelaku usaha di sektor jasa keuangan maupun teknologi. Pasar colocation server akan semakin meningkat seiring waktu, oleh karena itu penyedia data center tidak perlu saling merebut pangsa pasar 😉

Pin It on Pinterest

Share This