Kondisi Operasional Bisnis Pada Era Digital
Transformasi digital sudah menjadi perlombaan di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Perusahaan berlomba untuk menghadirkan inovasi agar bisa mendapatkan keunggulan kompetitif dari para pesaing bisnis mereka. Perusahaan startup juga turut meramaikan kompetisi ini dan mendorong menjadi semakin agresif.
Perusahaan kecil akan berkisar pada jumlah 50 karyawan, sedangkan perusahaan menengah akan berkisar pada jumlah 500 karyawan. Infrastruktur IT merupakan tulang punggung operasional pada jaman sekarang ini. Disamping itu, baik pemilik maupun karyawan banyak yang membawa perangkat mereka sendiri untuk bekerja di kantor. Era BYOD (Bring Your Own Device) sekarang ini sangat dibutuhkan, akan tetapi risikonya juga cukup tinggi.
Ancaman cyber juga meningkat seiring dengan perkembangan teknologi informasi. Perang cyber antar negara juga sudah mulai terlihat, seperti pada tuduhan Presiden AS Donald Trump pada Rusia. Kondisi kedepannya akan lebih menantang lagi, dimana transaksi keuangan akan semakin bersifat cash-less dan bank-less.
Ancaman cyber dalam beberapa tahun terakhir lebih berdampak pada penghentian operasional suatu bisnis. Baik untuk sektor retail, e-commerce, financial, dan manufaktur, serangan cyber terbukti telah menyebabkan downtime dan mengakibatkan kerugian yang cukup banyak.
Salah satu faktor terpenting dalam menghadapi tantangan tersebut, perusahaan harus melindungi data penting perusahaan. Ketika terjadi serangan cyber, perusahaan dapat mengalihkan operasional ke data center cadangan (DRaaS) dan memulihkan data jika serangan tersebut sudah berhasil di tangkal. Jika tidak, anda ada baiknya perhatikan dampak dari downtime terhadap biaya seperti pada info grafis dibawah ini.
Dari grafis tersebut diatas, sekarang anda dapat mengetahui bahwa rata-rata biaya downtime per menit adalah sekitar Rp. 93 juta. Tentunya biaya colocation DR pun tidak sampai sebesar itu, jika terjadi 2 jam saja downtime maka perusahaan mencadangkan kerugian tak terduga pada pos biaya sebesar Rp. 11 milyar. Biaya itu akan jauh lebih kecil jika menggunakan colocation DR ataupun Cloud DR (DRaaS).
Maka tidak heran, pada tahun 2017 ini, banyak perusahaan besar lebih ber investasi pada teknologi ketimbang pembelian perangkat fisik. Penggunaan cloud pada titik tertentu akan sangat bermanfaat bagi perusahaan UMKM dan perusahaan startup digital di Indonesia.
Manfaat Cloud Backup pada Era Transformasi Digital
Baik manfaat maupun tantangan pada era ekonomi digital sekarang ini, setiap perusahaan memerlukan pencadangan. Baik untuk pencadangan infrastruktur IT secara keseluruhan, atau hanya untuk file dan data penting saja. Kini perusahaan UMKM dapat menikmati fasilitas tersebut dengan biaya sesuai pemakaian. Fasilitas cloud backup tersebut bernama “Disaster Recovery as a Service” atau yang disingkat dengan DRaaS.
Berikut beberapa manfaat cloud backup atau DRaaS pada era transformasi digital sekarang ini:
-
Menjaga keberlangsungan operasional IT perusahaan
Jika terjadi serangan cyber seperti DDoS dan Malware, perusahaan tidak perlu khawatir, cukup memutuskan jalur masuk dan mengembalikan data cadangan pada pada kondisi terbaik. Perusahaan juga dapat mencadangkan aplikasi pada situs pemulihan bencana tersebut (DRaaS), sehingga pelanggan tetap dapat mengakses layanan tanpa harus mengetahui bahwa sebenarnya sedang ada masalah. Dan dalam hal ini, perusahaan UMKM dapat terhindar dari biaya downtime.
-
Bayar sesuai kebutuhan
Salah satu manfaat cloud backup adalah memiliki fleksibilitas dalam hal biaya. Anda cukup membayar sesuai kebutuhan, dan ini dapat berlaku dinamis sesuai skala kebutuhan anda. Tentunya ini akan sangat berbeda jika dengan menggunakan colocation DR secara fisik.
-
Hemat angaran pemulihan bencana
Dalam menggunakan DRaaS, perusahaan anda tidak perlu mengeluarkan anggaran untuk membeli perangkat server, jaringan, storage dan sebagainya. Semuanya itu sudah disediakan oleh penyedia jasa cloud backup atau DRaaS pada infrastruktur data center mereka. Ini dapat menghemat anggaran investasi perangkat IT dari ratusan juta hingga milyaran rupiah.
Jangan biarkan perusahaan anda menunggu hingga downtime terjadi. Downtime dapat terjadi kapan saja tanpa dapat diduga. Hanya sebuah mitigasi bencana yang dapat mempersingkat waktu downtime dari hitungan jam ke hitungan menit, dari hitungan hari ke hitungan jam, tergantung bandwidth koneksi anda ke internet.
Biaya downtime dapat berkisar antara Rp. 6.5 milyar hingga 13 milyar per hari. Tentunya dengan manfaat cloud backup seperti yang di paparkan diatas, anda dapat terhindar dari biaya downtime dan mengurangi investasi untuk keberlanjutan operasional usaha anda.
Era digital ini hanya ada 2, siapa yang mau mengikuti perubahan mereka akan tetap bertahan dan berpotensi menjadi pemimpin pasar. Siapa yang tidak mau mengikuti perubahan akan tertinggal dan bisnis terancam punah. Oleh karena itu, manfaat cloud backup akan sangat terasa jika anda sudah benar-benar memahami resiko yang dihadapi. Jangan tunggu hingga terjadi downtime, ingat lah bahwa tidak ada satu pihak pun yang dapat kebal dari downtime. Anda dapat memperkuat dan memperluas infrastruktur IT anda dengan menggunakan jasa cloud backup untuk menunjang operasional terhadap kondisi yang tidak dapat terduga-duga.