Bank telah lama menawarkan layanan seperti check-cashing melalui telepon, penagihan paperless, dan transfer uang cepat. Beberapa bank bahkan telah menambah produk mereka untuk memasukkan hal-hal seperti sistem manajemen anggaran atau bantuan investasi. Semua fasilitas ini, sampai ke kemudahan dasar sebuah portal rekening online, merupakan bagian dari revolusi teknologi keuangan, biasanya disebut sebagai Layanan Perbankan FinTech.

Generasi milenium yang bergantung pada internet turut mendorong perkembangan teknologi. Banyak dari individu-individu ini juga bertanggung jawab untuk melakukan kemajuan teknologi yang kita dengar setiap hari. Dengan kata lain, layanan perbankan fintech dibuat oleh, serta dikonsumsi oleh generasi di wilayah yang paling padat penduduknya di negara ini. Namun apakah layanan perbankan fintech tersebut aman ?

Beberapa Serangan Cyber Pada Layanan Perbankan Fintech

Sebagai bank atau lembaga keuangan, penting untuk menyadari bahwa layanan perbankan fintech adalah tindakan balancing. Di satu sisi, jika Anda tidak mengadopsi teknologi baru, terutama pada saat mereka sudah menjadi kebutuhan (seperti portal online), citra merek Anda menderita. Di sisi lain, anda harus mengelola bahaya yang datang, namun layanan fintec ini akan lebih mudah diakses konsumen.

Layanan perbankan fintech dengan segudang kecanggihan dan kemudahan bisa menjadi mahal biayanya. Berikut adalah beberapa macam serangan cyber yang di tujukan ke layanan perbankan fintech.

  • Serangan Penolakan Terdistribusi (DDos)
  • Botnets
  • Malware
  • Mobile Malware
  • Spam
  • Hacking
  • Phishing dan Smishing
  • Pencurian dan Penyalahgunaan Identitas
  • Kampanye Negatif

Serangan DDoS jika di terapkan pada pada layanan internet banking dapat menghentikan layanan web dan aplikasi fintech selama beberapa hari. Walaupun tidak ada dana nasabah yang hilang, akan tetapi downtime selama puluhan jam tentunya dapat memberikan buruk baik dari sisi ekonomi maupun keberlanjutan usaha.

Kroll, perusahaan manajemen risiko terkemuka, menemukan bahwa hampir 80% dari bank menjadi sasaran malware. Serangan tersebut dilakukan baik melalui terminal permanen dan melalui aplikasi mobile mereka. Sekitar sepuluh persen menjadi sasaran langsung oleh hacker, dengan persentase yang sama dari bank menghadapi serangan DDoS yang bertujuan melumpuhkan seluruh sistem mereka.

Pesan ini sangat jelas – sebagai bank, kekhawatiran Anda berubah. Alih-alih memastikan Anda memiliki kualitas tertinggi yang aman untuk menyimpan uang, mungkin bijaksana untuk fokus pada memiliki sistem keamanan online paling efektif.

JP Morgan, Wells Fargo, CitiBank dan Bank of America telah menghabiskan lebih dari USD 1,5 milyar atau sekitar Rp. 20 Triliun untuk cybersecurity di tahun 2015. Terlebih lagi, pada bulan Agustus 2016 yang lalu, delapan bank terbesar negara itu bekerja sama untuk menangkal serangan hacker dan spammer, dan melindungi account pelanggan mereka.

Brand Layanan Perbankan Fintech Juga Turut Diserang!

Brand perusahaan anda akan terpuruk, konsumen akan berpindah ke layanan perbankan lainnya. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami jenis-jenis serangan cyber yang di tujukan pada layanan perbankan fintech. Sehingga, strategi dan tindakan pengamanan dapat di terapkan untuk menjaga kelancaran operasional sehari-hari. Termasuk pada sistem pemulihan bencana untuk layanan fintech harus dikaji ulang untuk dapat memenuhi kebutuhan saat ini. Hal tersebut termasuk sebagai upaya untuk mengadopsi perubahan dengan cepat.

Kampanye negatif juga dilancarkan baik secara berkelompok, maupun perorangan. Hal ini dapat mempengaruhi kredibilitas merek dagang anda. Penyedia jasa layanan perbankan fintech harus aktif memantau aktivitas di sosial media. Mereka harus menempatkan dukung pelanggan pada media sosial mainstream seperti Twitter, Facebook, LinkedIn dan Google Plus. Hal ini dikarenakan, dari sesuatu yang viral maka jika ada kejadian tertentu dapat menjadi konversi yang tinggi secara offline. Tentunya, kampanye negatif hanya akan menghasilkan konversi yang negatif ke bisnis anda.

Hal terbaik yang dilakukan oleh provider layanan fintech untuk melindungi aset ketika menginstal teknologi baru, dari perangkat lunak baru yang kompleks hingga penggunaan sidik jari, adalah untuk memastikan bahwa tidak hanya karyawan mereka terlatih dan memungkinkan untuk menemukan dan melaporkan pelanggaran, tapi pelanggan mereka juga dilatih untuk berinteraksi secara benar dengan fitur baru. Banyak pelanggaran data utama berasal dari karyawan bank yang memutuskan untuk login ke komputer pribadi mereka, kehilangan ponsel mereka, atau menjauh dari stasiun mereka tanpa mengunci komputer mereka. Banyak lagi datang dari pelanggan yang kurang hati-hati terhadap penyimpanan password dan pilihan keamanan.

Jakartaurbanhosting.com selain menyediakan hosting VPS dan jasa pembuatan website, juga melayani jasa online branding yang dapat diandalkan untuk menjaga reputasi bisnis anda pada dunia online. Tidak hanya di media sosial, kami turut memantau dan melakukan aksi proaktif pada hasil pencarian di google. Untuk itu, perusahaan penyedia jasa layanan perbankan fintech dapat menghubungi kami melalui kontak form dibawah ini.

11 + 8 =

Pin It on Pinterest

Share This