Beberapa organisasi peneliti pasar telah mengeluarkan laporan yang secara jelas mengindikasikan investasi green data center di Indonesia sedang alami peningkatan.

Berkembangnya issue pemanasan global telah membangkitkan kesadaran yang menghasilkan keyakinan untuk menurunkan tingkat emisi karbon di Industri Data Center.

Kenapa Investasi Green Data Center di Indonesia Alami Peningkatan?

Secara global, industri data center menggunakan 1% dari total energi listrik dan menyumbang 2% dari total emisi karbon. Selaras dengan perkembangan teknologi data center, teknik efisiensi, arsitektur data center, dunia sepakat untuk turunkan hingga 0% tingkat emisi karbon di tahun 2050 (net-zero pact).

Data center telah menjadi tulang-punggung aktivitas kita sehari-hari secara digital. Saat ini, pengguna internet di Indonesia telah mencapai lebih dari 200 juta pengguna.

Semakin banyak aktivitas yang sebelumnya harus dilakukan secara offline, kini dapat dilakukan secara online. Contohnya, virtual meet. Pada akhirnya terjadi peningkatan ‘digital nomad’ di Indonesia, yakni orang-orang yang telah memaksimalkan penggunaan internet untuk kegiatan sehari-hari mereka.

Hal-hal tersebut telah meningkatkan penggunaan hosting di Indonesia yang juga sekaligus meningkatkan jejak emisi karbon data center di Indonesia.

Green data center itu sendiri merupakan data center ramah lingkungan yang lebih efisien dalam penggunaan energi dan menggunakan sumber energi yang lebih bersih.

Data Center di Indonesia

Di Indonesia sendiri, berdasar suatu laporan dari market research tersebut, penggunaan listirk mencapai 2% hingga 3%. Dengan demikian, tingkat emisi karbon data center di Indonesia akan melebihi 2% dari total emisi karbon secara nasional.

Bardasar laporan dari Asosiasi Penyelenggara Data Center di Indonesia, total penggunaan listrik data center para anggotanya (lebih dari 60% data center di Indonesia) telah mencapai 120 MW/h. Jika digabungkan dengan data center lainnya seperti Amazon Data Center, Google Data Cetner, dan Mircosoft Azure Data Center, diperkirakan kebutuhan listrik data center di Indonesia telah mencapai lebih dari 200 MW/h.

Saat ini terdapat sekitar 38 data center di Indonesia. Jumlah ini masih jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan Singapura dengan 70 lebih data center, dan dengan pemakaian listrik lebih dari 400 MW/h.

Singapura telah bertahun-tahun menjadi hub koneksi di Asia Tenggara, akan tetapi kenyataan semakin terungkap jelas bahwa Singapura tidak memiliki sumber energi. Oleh karena itu, isu pemanasan global telah mengantarkan Singapura pada posisi yang sulit, dan akhirnya mengeluarkan moratorium untuk hentikan pembangunan data center.

Saat ini, kebanyakan data center di Indonesia masih menggunakan listrik yang bersumber dari batu bara dan bahan bakar minyak. Oleh karena itu, beberapa investor besar telah terlibat dalam pembangunan Green Data Center di Indonesia, di awali di Jakarta.

Market Size Data Center di Indonesia

Jika melihat dari laporan yang dikkeluarkan oleh perusahaan peneliti pasar untuk industri data cener, pasar data center di Indonesia akan mencapai lebih dari Rp. 20 Triliun di tahun 2027 bahkan hingga Rp. 50 triliun.

Sebetulnya, market size data center di Indonesia saat ini lebih dipengaruhi oleh penggunaan lokal. Berdasar hasil pengamatan group kami, market size data center untuk pengguna di Indonesia sudah mencapai titik jenuh. 

Beruntungnya, Indonesia memiliki sumber energi yang melimpah, baik itu energi yang kurang bersih seperti batu bara dan bahan bakar solar, maupun energi yang lebih bersih seperti gas alam, geothermal, dan nuklir.

Kenapa Investasi Green Data Center di Indonesia Meningkat?

Walau pasar colocation data center di Indonesia sudah jenuh, akan tetapi investasi green data center di Indonesia sedang alami peningkatan.

Sebagai contoh, Saratoga Investment yang mendanai perusahaan data center di Jakarta Barat dengan nilai lebih dari 2 Triliun. Contoh lainnya, grup APIC (Properti) di Indonesia juga tengah berinvestasi pada proyek pembangunan data center di Jakarta selatan dengan nilai yang juga mencapai Rp. 2 triliun.

Ada beberapa faktor yang mendorong meningkatnya investasi green data center di Indonesia, antara lain:

Krisis Energi di Eropa dan Beberapa Negara Lainnya

Perang Rusia dengan Ukraina telah menghentikan pasokan gas dari Rusia ke negara-negara di Eropa. Kondisi tersebut telah menyebabkan naiknya biaya listrik sebanyak 500%.

Perusahaan data center di Eropa juga tengah mengalami ketidakpastian akan pasokan energi. Sedangkan energi baru terbarukan seperti solar panel dan wind turbines membutuhkan waktu untuk dapat memenuhi kebutuhan industri Data Center.

Sumber Energi Masih Berlimpah

Indonesia sebagai negara yang cenderung stabil secara politik, memiliki sumber energi yang berlimpah. Cadangan gas alam Indonesia diprediksi masih cukup untuk sampai 800 tahun (sumber).

Gas alam sebagai sumber energi pembangkit listrik dapat menurunkan emisi gas karbon hingga 50%. Sesuai dengan pakta net-zero, target penurunan emisi karbon hingga tahun 2025 adalah 50%.

Selain gas alam, Indonesia juga memiliki pembangkit listrik geothermal dan tenaga nuklir, namun gas alam masih dominan untuk sekarang ini.

Infrastruktur Telekomunikasi Semakin Meningkat

Jaringan kabel bawah laut yang menghubungkan seluruh nusantara dan koneksi langsung ke Amerika Serikat telah sangat mendukung transformasi digital.

Infrastruktur tersebut sangat diperlukan oleh industri data center. Jika sebelumnya harus melalui Singapura, sekarang tidak lagi. Ini akan menghilangkan ketergantungan Indonesia pada Singapura dari sisi jaringan komunikasi.

Tenaga ahli di industri Data Center pun juga meningkat. Sebagaimana yang kita ketahui, IDPRO atau Asosiasi Penyelenggara Data Center Indonesia telah beberapa tahun menyelenggarakan pendidikan dan program seretifikasi gratis untuk profesional data center di Indonesia. Sedangkan di Singapura, mereka sedang kekurangan tenaga kerja di industri digital.

Kebijakan Pemerintah Sangat Mendukung Investasi di Industri Data Center

Beberapa kebijakan pemerintah seperti memberikan potongan pajak bagi perusahaan dengan skala tertentu telah menarik investor di industri properti data center.

Demikian dukungan pasokan gas alam untuk industri data center, yang pada akhirnya membuat investor green data center semakin tertarik masuk di Indonesia.

Undang-undang Perlindungan Data Pribadi yang telah disahkan oleh DPR RI pada 20 September 2022 kemarin, pada akhirnya akan mendorong kedaulatan data yang menempatkan seluruh data dari aktivitas digital masyarakat Indonesia untuk tetap berada di Indonesia. Ini artinya kebutuhan data center secara lokal akan meningkat.

Semakin Dekat Pada 200 Juta Pengguna

Ketika kita mengakses Youtube sangat lancar bukan? dan jika kita bandingkan dengan memutar video di Twitter ataupun Facebook maka akan lebih lambat. Inilah pentingnya penyedia aplikasi untuk menempatkan server di Indonesia.

Mereka dapat menurunkan network latency secara signifikan ketika server mereka dekat dengan para pengguna. Selain efisien, juga meningkatkan pengalaman pengguna.

Indonesia dengan merupakan negara ke-4 terbanyak pengguna internet di seluruh dunia. Faktor ini menjadi salah satu penyebab kenapa investasi data center di Indonesia terus meningkat.

Kesimpulan

Kebutuhan data center di Indonesia terus meningkat, walau pasar pengguna data center secara lokal sudah mulai jenuh. Beberapa faktor menjadi penyebab meningkatnya investasi data center di Indonesia, khususnya pusat data ramah lingkungan atau Green Data Center.

Oleh karena itu, pemasaran data center dapat dilakukan dengan menargetkan pengguna di negara lain, seperti Singapura yang alami kesulitan untuk ekspansi data center, Eropa dan Amerika yang sedang alami krisis energi dalam waktu cukup panjang.

Pada akhirnya, Indonesia telah memasuki babak baru di industri data center yang sedang menghadapi isu perubahan iklim. Dengan melimpahnya sumber energi di Indonesia dan kebijakan pemerintah yang mendukung, investasi green data center di Indonesia terus mengalami peningkatan hingga tahun 2027.

Pin It on Pinterest

Share This