Dalam dunia teknologi informasi, virtualisasi jaringan atau jaringan virtual adalah serangkaian proses yang menggabungkan beberapa sumber daya hardware dan software ke sebuah kesatuan pengelolaan yang berbentuk software. Virtualisasi jaringan melibatkan sebuah platform virtual seperti VMware ataupun Docker, yang sering di gabungkan pada sumber daya virtual.
Virtualisasi jaringan yang menggabungkan beberapa jaringan atau perangkat jaringan kedalam sebuah unit virtual dinamakan Virtualisasi Eksternal. Sedangkan Virtualisasi Internal menyediakan fungsi jaringan yang sejenis kedalam sebuah wadah perangkat lunak pada sebuah server jaringan.
Dalam dunia DevOps, dikenal istilah software testing. Para pengembang menggunakan jaringan virtual untuk menguji software pada sebuah lingkungan jaringan virtual yang sedang berjalan. Jika dulu mereka mencoba pada simulasi, sekarang mereka dapat mencoba langsung (live testing). Sehingga kejadian saling menyalahkan antara tim developer dan tim operasional sudah menghilang.
Komponen Jaringan Virtual
Beberapa perangkat dan software yang digunakan untuk virtualisasi jaringan antara lain :
- Perangkat jaringan, seperti switch, network adapter atu NIC.
- Elemen jaringan, seperti firewall dan load balancer.
- Aplikasi, seperti Virtual LAn (VLAN) dan kontainer seperti VM dan Docker.
- Penyimpanan, seperti Network Attached Storage (NAS), SAN, dan sebagaiya.
- Media jaringan, seperti ethernet, kabel serat optik.
- Mesin ke mesin, seperti perangkat telekomunikasi.
Perbedaan Virtualisasi Jaringan dengan Virtualisasi Server
Untuk satu hal mereka sangat mirip secara konsep. Pada server virtual, lapisan lunak abstraksi (server hypervisor) mereproduksi atribut server fisik dalam perangkat lunak. Hal ini memungkinkan atribut untuk merakit pemrograman dalam kombinasi yang lebih bebas untuk menghasilkan mesin virtual yang unik (VM) dalam hitungan detik. Dengan virtualisasi jaringan, fungsi yang dimiliki jaringan hypervisor dapat mereproduksi layanan seperti switching, routing, kontrol akses, firewall, kualitas layanan (QoS), dan perangkat lunak load balancing. Hal tersebut memungkinkan mereka menghasilkan jaringan virtual yang unik dalam hitungan detik.
Virtualisasi jaringan juga memberikan manfaat yang mirip dengan virtualisasi server. Contohnya, mesin virtual beroperasi secara independen dari hardware dan memungkinkan TI untuk memperlakukan host fisik sebagai kolam kapasitas komputasi. Jaringan virtual beroperasi secara independen dari perangkat keras IP jaringan yang menjadi dasar. Sehingga TI dapat memperlakukan jaringan fisik sebagai kolam kapasitas transportasi yang dapat dikonsumsi dan kembali bertujuan pada pelayanan permintaan.
Ketika Anda berpikir tentang hal itu, apa yang terjadi di jaringan saat ini adalah hal yang sama yang telah terjadi di komputasi dan penyimpanan selama bertahun-tahun. Sama seperti virtualisasi server yang membuka peluang baru bagi organisasi untuk menyimpan dan mengakses informasi dengan jangkauan yang lebih besar dan kecepatan lebih tinggi dari sebelumnya. virtualisasi jaringan menyelesaikan tantangan jaringan yang telah menjadi masalah organisasi saat ini dengan mewujudkan data center menjadi semakin berkualitas.
Perhatikan diagram berikut dibawah ini (sumber dari website VMware).
Lebih penting lagi, virtualisasi jaringan memberikan pondasi yang kuat untuk menyelesaikan tantangan jaringan yang dapat menjaga kebutuhan bisnis saat ini dan berpotensi untuk mengadopsi sistem Software-Defined Data center (SDDC) secara penuh.
Kinerja Jaringan Virtual
Hal yang perlu diwaspadai adalah, ketika bandwidth mencapai 10 Gbit/s atau lebih, tingkat paket akan melebihi kemampuan pengolahan pada serangkai jaringan. Agar pengolahan throughput tetap tinggi, beberapa kombinasi perangkat lunak dan perangkat keras pembantu dikerahkan. Ini yang disebut sebagai “jaringan dalam kotak”. Pendekatan ini menggunakan hardware dependent kontroler interface jaringan (NIC) menggunakan ekstensi SRIOV dari hypervisor atau menggunakan teknologi jalur cepat antara NIC dan muatan (mesin virtual atau kontainer).
Software Defined Networking
SDN menggunakan proses perekaman untuk penyediaan jaringan. Misalnya, alih-alih membangun jalur jaringan dengan menggunakan alat, pengguna harus dapat memprogram jaringan ketika mereka ingin membangun jalur jaringan.
SDN membuat jaringan dapat diprogram dengan memisahkan ‘control plane‘ (yang berfungsi untuk memberi informasi kejadian jaringan apa dan terjadi di mana) dari ‘data plane‘ (mengirim paket ke tujuan tertentu). Hal ini bergantung pada switch yang dapat diprogram melalui kontroler SDN dengan menggunakan industri kontrol protokol standar, seperti OpenFlow.
Baca juga mengenai: Bagaimana departemen IT melakukan Otomatisasi Bisnis.
Kesimpulan:
Virtualisasi jaringan berbeda dengan virtualisasi server walaupun memiliki konsep yang mirip. Namun jaringan virtual memberikan beberapa manfaat pada server virtual, seperti untuk pengujian aplikasi. Hal ini semakin dimungkinkan dengan platform container docker yang menggunakan sistem isolasi per bagian / cluster.
Jaringan virtual perlu di modifikasi agar tetap memiliki kinerja throughput yang tinggi, sehingga kualitas jaringan di data center semakin optimal. Disini dapat kita pahami bahwa Docker dapat digunakan untuk mengoptimalkan infrastruktur teknologi informasi, baik untuk jaringan virtual maupun server virtual.